Seperti biasanya sebelum pergi ke suatu tempat gue mengharuskan diri sendiri untuk 'survey' melalui bacaan-bacaan yang ada di website. Dari situ gw baru tau kalau Dolar Brunei dan Dolar Singapore adalah sama alias 1 : 1. Jadi kalau ke Brunei cukup bawa Sing Dolar karena mereka terima mata uang ini. Mungkin kalau koin kayanya mereka tidak akan terima.
Gue hanya punya satu malam atau kurang lebih 36 jam di Brunei. So.... this is what I see in Brunei....
Pesawat yang gue tumpangi mendarat mulus di sore hari setelah delay 30 menit. Selesai dengan urusan imigrasi dan ngisi declaration form gue langsung menemui Rifnas, anak couchsurfing yang gue hubungi seminggu sebelum gue berangkat, yang datang untuk menjemput gue. Lumayan banget nih bisa ngurangin budget hehehehe. Kemudian kami lanjut menuju pusat kota Bandar Seri Begawan yang jaraknya hanya sekitar 20 menitan saja. Sore itu kota Bandar sedikit ramai karena jam pulang kantor.
Penginapan
Gue di drop di KS Soon Rest House tempat gue akan bermalam. Cuma ini satu-satunya tempat yang cukup murah. Tadinya gue mau stay Youth Center (Pusat belia), sayangnya tempat ini lagi tutup untuk renovasi. Untuk sebuah kamar seharga BND 35.00, penginapan ini sangat mahal! Kalau di Jakarta dengan harga segitu kita sudah bisa dapat kamar hotel bintang 2 - 3. Nah yang satu ini harusnya dihargain sekitar 100rb - 150 ribu. The good thing about this place is, lokasinya sangat strategis karena kemana-mana dekat dan juga dekat dengan terminal bus. Walaupun kecewa apa boleh buat cuma tempat ini satu-satunya yang affordable untuk ditempati... and the show must go on.
KH Soon Rest House |
Setelah beristirahat sebentar di hostel gue langsung menuju ke arah Sungai Brunei. Dari hostel jalan kaki cuma sekitar 5 menit melewati kotak-kotak bangunan perkantoran dan terlihatlah sungai Brunei yang lebar dengan air berwarna kecoklatan. Deretan rumah-rumah terlihat dari waterfront tempat gue berdiri. Kapal-kapal bermotor kecil berlalu lalang mengantar penumpang. Sesekali supir kapal berhenti mendekati gue yang sedang berdiri dipinggir sungai sambil menawarkan trip ke Kampong Ayer.
Waterfront Brunei River |
Sambil melewati Yayasan, jalan kaki gue lanjut ke ke Masjid di depan mall yang berdiri megah. Waktu sudah sore, tapi gue masih bisa masuk ke dalam halaman masjid. Sayangnya karena sudah hampir waktu sholat, non muslim tidak diperkenankan masuk jadi gue harus puas dengan berkeliling masjid ajah. Masjid ini lokasi di tengah-tengah kota. Jadi kemana saja mata memandang pasti masjid dengan kubah emas ini akan terlihat. Beruntung juga sih gue datang pada waktu maghrib karena cahaya lampu dari masjid makin menambah cantik masjid ini.
Brunei's landmark |
Ucapan selamat Ulang Tahun buat Sultan |
Clock Tower where all distances in Brunei calculated from this point. |
Puas makan sambil ngeliatin kampong ayer di malam hari gue balik ke penginapan. Yahh.. berhubung di Brunei nggak terlalu banyak kehidupan malam dan gue sudah capek berjalan juga sih :D.
Serba 1 dolar |
Hari ini gue memutuskan untuk kembali berjalan kaki.. yaeyalahhhh secara yeee, emang kecil banget nih kota. Kebetulan di dalam kamar yg gue tempatin ada majalah yang salah satu halamannya peta untuk menjelajah kota Bandar. Jadi pagi ini gue memutuskan untuk menuju Kianggeh market yang posisinya cuam disamping gedung tempat penginapan gue berada dan hanya dipisah oleh jalan raya yang tidak ramai dan juga sungai Kianggeh yang bersih.
Liong Dance |
Tamu Kianggeh (Pasar Kianggeh) |
Dari Pasar Kianggeh, gue lanjut jalan kaki menuju Royal Regalia Museum. Jalan kaki di kota Bandar buat gue sangat menyenangkan karena trotoarnya luas dan sepi. Maksudnya ga ada pedagang hehehehe. Disamping itu kota Bandar udaranya segar, mungkin karena kendaraan bermotor tidak terlalu banyak dan sekitar kota ini masih banyak hutan-hutan yang sangat dijaga. Walaupun cuaca cukup panas tapi tidak angin dingin berhembus jadi cukup nyaman untuk jalan kaki di tengah-tengah kota ini.
Museum Royal Regalia
Cukup 30 menit jalan kaki (plus foto-foto kiri kanan) gue sudah sampai di Museum Royal Regalia yang adalah rumah dari koleksi barang-barang kesultanan dan kumpulan hadiah-hadiah dari berbagai negara. Kalau mau tau asal-usulnya Kesultanan Brunei, disinilah tempatnya. Dan persis banget seperti yang dibilang Abhu, museumnya sepiiiiii, cuma ada gue aja saat itu yang sedang berkunjung :D. Setelah tas dan semua perabotan lenong di taro di loker (kamera ga boleh dibawa) plus gue harus ganti sepatu dan pakai sendal hotel yang sudah di sediakan sama pihak museum. Oh iya, semua museum yang gue datengin GRATIS.
This museum is very impressive. Di awal gue liat masa2 kecil Sultan Bolkiah sampai dia menjadi Sultan sampai saat sekarang ini. Ada satu ruang khusus yang isinya peralatan yang digunakan pada saat Sultan naik tahta. Dan semua barangnya berlapis emas. Barang-barang ini di taro khusus diruangan kaca dan dijaga oleh satu orang yang gue yakin sebelum gue datang dia pasti ketiduran, soalnya dia langsung kaget liat gue dan berdiri hahahahha. Museum ini mirip2 sama Kraton di Jogja gitu deh. Bedanya yang ini terawat rapih dan bersih banget. Semua tampak teratur dan kaga ada debu cyiiinnnnn.
Selesai dari museum ini, gue kembali ke penginapan untuk check out dan makan siang. Berhubung teman CS gue sibuk kerja dan ga bisa drop pulang terpaksa gue harus berpikir keras untuk gimana caranya bisa ke bandara. Kalo naik taxi harus bayar 25 dolar! Padahal cuma sekitar 15 menit doank. Bisa sih naik bus, cuma bayar 1 dolar ajah, tetapi bus paling akhir itu jam 6 sore sementara jadwal pesawat gue jam 2.30 pagi keesokan harinya. Hedeeuuh PR banget nih kalo musti ngendon di airport 8 jam lebih.
Naik bis di Brunei
Anyway... sambil berpikir gimana caranya ke airport, gue lanjut ke Museum Brunei. Kalau sebelumnya semua spot yg gue datangin dengan berjalan kaki, kali ini gue harus menggunakan bis. Terminal bis di Bandar kecil banget, tapi tidak kumuh, nggak bau dan sangat bersih. Mungkin karna hampir rata2 penduduk Brunei memiliki mobil jadi bisnya nggak banyak. Tarif bis jauh dekat itu 1 dolar. Dan biasanya yang naik bis itu para imigran dan turis seperti gue ini :D. Kondisi bisnya sedikit agak tua tapi masih terawat dengan baik dan ber AC! Di Bandar bisa dipastikan tidak ada macet karena emang mobilnya sendiri nggak banyak, ga ada angkot ngetem dan dipastikan gue ga liat motor selama disana. Menurut penduduk sekitar motor di Brunei biasanya jenis-jenis moge gitu deh.
Museum Brunei
Jarak Museum Brunei dari pusat kota itu sekitar 4 km sedikit aga keluar dari kota Bandar. Keknya gue baru duduk di bis 10 menit kemudian gue udah sampai di Museum. Taraaaaaa! Sepi aja gituh :D. Dan lagi-lagi hanya gue aja pengunjung yang pada saat itu. Tas, kamera dll di taro ke loker dan gue langsung menuju ke museum.
Tampak depan Museum Brunei |
Di section Oil & Gas ini ditunjukkan bagaimana negara ini mengeksplor kekayaan yang mereka punya demi kesejahteraan rakyatnya bekerja sama dengan salah satu perusahaan minyak terkemuka di dunia.Bagaimana awal mula mereka mengelola minyak dan gas yang mereka miliki sampai kepada teknologi yang mereka gunakan. Buat gue tempat ini sangat informative.
Gue kembali ke kota Bandar dengan menggunakan bus dan karena waktu masih tersisa banyak, gue memutusan untuk tour ke Kampong Ayer. Masih ga tau dimana gue akan mencari perahu taxi dan gue kemudian berjalan menuju ke Waterfront sungai Brunei sambil melihat-lihat. Ga sampe 5 menit gue nongkrong ada suami istri yang nyamperin untuk ikutan tour Kampong Ayer mereka. Gue tau kalo tour ini aga mahal but lucky me gue dapet harga yang murah, hanya 15 dolar saja yang biasanya 30 dolar untuk 1 jam perjalanan (Menurut info yang gue baca).
Kampong Ayer & Sungai Brunei
Kampong Ayer sendiri artinya water village atau kampung di atas air dengan penduduk kurang lebih sekitar 30.000 jiwa. Walaupun tinggal di atas air tapi rumah-rumah yang ada disini besar-besar dan mereka hidup berkecukupan secara yah negara kaya gituh. Jalan penghubung dari satu rumah ke rumah yang lain adalah melalui jembatan kayu yang dibuat dengan rapih. Kalo di trip advisor bilangnya The Venice of Brunei which aga lebay sih menurut gue hehehehe, tapi buat gue Kampong Ayer ini cukup menarik untuk di jelajahin.
Kampong Ayer |
Untuk transportasi hampir setiap keluarga yang tinggal di Kampong Ayer punya satu perahu untuk wara wiri ke Bandar atau belanja ke Pasar Kianggeh. Sedangkan untuk anak sekolah, pemerintah menyediakan gratis! sekolahnya ya di atas iar juga. Bensin untuk perahu juga harganya lebih murah dibanding dengan bensin untuk mobil. Di tempat ini juga ada Cultural & Tourism Gallery sebagai pusat informasi. Jadi kalau mau dapetin peta, souvenir berupa pin bisa datang ke tempat ini dan semuanya dikasih gratis!
Entah kenapa tiba-tiba gue diajakin ke hilir sungai Brunei yaitu ke Laut China Selatan, perjalanan sekitar 30 menit dan emang sekalian cari bensin untuk perahu. Sepanjang perjalanan gue banyak ngeliat elang putih dan merah terbang dengan bebas disektiar hutan bakau yang lebat. Sesekali gue juga liat monyet bekantan yang berkeliaran di hutan dan burung King Fisher. It was quite a journey actually, I never expected to see a lot at the first time. Kalau sebelumnya gue ke Museum Brunei lewat bis, ternyata bisa juga dengan menggunakan perahu ini.
Bekantan |
Pada saat gue bingung bagaimana harus ke airport, dua orang suami istri yang kebetulan menjadi tour guide gue ke Kampong Ayer lah yang menawarkan untuk nganterin ke airport.... Akkk, it was such a bless! Setelah tour selesai gue diajak ke Gadong Night Market yang menjual makanan-makanan murah. FYI, di tempat ini cuma untuk jualan bukan tempat makan, karena emang ga ada meja dan kursi disana. Makananya beragam dan rata-rata dijual hanya 1 dolar dan paling mahal sekitar 4 dolar. Setelah selesai beli makanan, gue diajak ke rumah mereka yang gue kaga tau di daerah mana dan beristirahat kemudian di drop ke airport hehehehe. Terharu banget sama kebaikan hati mereka.
Me with Puan Wann, local tour guide |
Jadi itu semua yang gue liat di Brunei, ga banyak sih secara cuma 1 malam doank... so.. the choice is yours to visit this small but very rich country ;).
wuah... BRUNEI memang kecil tapi mengesankan.. ga sempat ke empire hotel ya? hotel paling top dah di Brunei..
ReplyDeletekemarin saya kesana pas ujan2 terus jadi ga bisa jalan kaki banyak..
ga sempat ke istana nurul iman ya?
cuman ya itu ga kuat di brunei dolarnya hihihi semua mahal...