February 16, 2012

Splendid Sri Lanka Part 1: Colombo - Nuwara Eliya - Horton Plains National Park

Hari ke-1 : Kolombo
Bandaranayake Iinternational Airport
Pesawat mendarat pukul 7.15 waktu Kolombo. Satu setengah jam lebih lambat dari waktu Jakarta. Perasaan senang karena sudah mendarat di tempat tujuan setelah perjalanan yang membosankan kurang lebih tiga jam 15 menit Kuala Lumpur – Kolombo. Untuk ukuran bandara international Bandaranayake International Airport tampak lengang pagi itu. Saya, Milla dan Ramon segera bergegas menuju imigrasi setelah menyelesaikan ‘urusan’ pagi hari. Melihat antrian Visa yang cukup panjang, kami bersyukur karena sudah mendapatkan visa sebelumnya melalui online visa. Apply online visa untuk WNI mulai berlaku per tanggal 1 January 2012 sebesar USD 20.00 yang harus dibayar dengan kartu kredit. Lepas urusan imigrasi kami keluar bandara dan langsung menukar uang di money changer yang terletak persis di depan pintu keluar gedung airport dengan rate USD 1.00 sama dengan Rs. 112.30

Udara sejuk dan segar menyambut kami ketika keluar dari wilayah airport. Terlihat kesibukan orang-orang lokal yang sedang menunggu kedatangan sanak saudara. Kami langsung mencari bus menuju ke terminal terdekat untuk kemudian menuju ke Kolombo tempat kami akan bertemu host kami, Marlon. Setelah bertanya beberapa kali ke petugas bandara yang sangat ramah akhirnya kami naik free shuttle bus kurang lebih 10 menit menuju terminal terdekat dari bandara dan lanjut menuju ke Kolombo dengan mini bus ber AC selama kurang lebih dua jam (Rs 100.00/orang) menuju Kolombo. Kurang tidur akibat bermalam di LCCT Kuala Lumpur menyebabkan kami terlelap selama perjalanan dan bangun pada saat bus sudah memasuki Kolombo.

Pettah – Fort Railway Station adalah meeting point kami bersama dengan Marlon.Sambil menunggu Marlon datang kami melihat-lihat areal sekitar stasiun kereta yang tua ini. Dari stasiun inilah berbagai macam kereta tujuan kota di Sri Lanka dapat ditempuh. Jalan raya depan stasiun berlalu lalang berbagai jenis kendaraan mengantar penumpangnya ke tempat tujuan. Jenis bus di kota ini buat saya termasuk jadul dan baru tahu belakangan kalau bus tersebut adalah buatan India. Tak jauh dari stasiun berjejer Tuk Tuk berwarna-warni kinclong. Tuk-tuk yang saya maksud adalah bajaj BBG kalau di Indonesia.

Tuktuk alias Bajaj BBGnya di Colombo
Kurang lebih 30 menit kami  menunggu akhirnya Marlon datang dan langsung membawa kami menuju tempat makan. Jam masih menunjukan pukul 11 tapi perut kami sudah sangat lapar dan kami langsung teringat perbedaan waktu yang adalah saat makan siang di Jakarta, tak heran kalau kami sudah lapar. Kami lanjut ke kantor Marlon di area Cinnamon Park. Dari situ kami mulai menjelajah kota Kolombo sendiri dikarenakan Marlon harus bekerja. Jangan salah kaprah dengan nama Cinnamon Park, bukanlah sebuah taman seperti layaknya Taman Monas di Jakarta tapi lebih sebagai kompleks perumahan elit termasuk perumahan pejabat-pejabat di Sri Lanka.

Siang itu Kolombo sangat cerah cenderung panas. Cuaca yang ideal untuk jalan-jalan. Dengan bermodalkan buku Lonely Planet kami memulai petualangan kami di mulai dari Independence Memorial Hall, adalah sebuah monumen nasional yang dibangun untuk memperingati kemerdekaan Sri Lanka dari penjajahan Inggris. Didepan monument juga terletak patung perdana menteri pertama Rt.Hon. Don. Stephen Senanayake yang dikenal sebagai “Bapak Bangsa” oleh rakyat Sri Lanka. Selain sebagai tempat upacara keagamaan dan perayaan hari Nasional tahunan tempat ini juga di dipergunakan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat berkumpul karena tamannya yang luas dan teduh.

Dari Cinnamon Park kami melanjutkan perjalanan dengan menyewa Tuktuk untuk keliling kita seharga Rs 1.000 dengan tujuan pertama adalah Laksala. Menurut Marlon, Laksala adalah pusatnya kerajinan atau oleh-oleh dari Sri Lanka. Iseng-iseng kami masuk ke toko ini dan sesuai perkiraan barang-barangnya cukup mahal tapi dengan kualitas yang lumayanlah. Puas ubek-ubek di Laksala kami melanjutkan perjalanan Gangaramaya Temple kemudian South Beira Lake. Yang menyenangkan dari kota ini adalah kota yang bersih dan tempat pejalan kaki yang nyaman dan lebar. Burung gagak dan jenis burung lainnya terbang dengan bebas dan liar tanpa takut akan diusili oleh tangan-tangan jahil. Pikiran saya langsung mengembara .. kalo di Jakarta jangan harap ada burung beraneka ragam seperti yang saya liat saat ini. Yang ada ditangkap dan dijadikan binatang peliharaan.Tapi hati-hati bila berjalan dibawah pohon, namanya juga burung pasti dengan sesuka hati buang kotoran dimana saja dan sialnya teman saya kena hahahahhah :D.
dari atas kanan ke kiri bawah: Bus di Colombo, Lanka Rupee, saya bersama wanita perkaian sari, Independence National Museum, Gangaramaya Temple, South Beira Lake

Perjalanan hari itu kami akhiri di Galle Face Green yang merupakan sebuah taman luas yang menghadap langsung ke arah Barat samudera India. Walaupun hari itu adalah hari kerja tapi tempat ini cukup ramai oleh masyarakat yang berkumpul, penjual makanan berjajar rapih disepanjang tepi pantai yang sudah di aspal. Ada juga yang sedang jogging di sore hari dan lagi-lagi burung gagak terbang dengan liarnya di sekitar kami. Hari pertama ditutup oleh indahnya matahari terbenam di horizon samudera India. FYI, jangan harap untuk ber'kelana' di malam hari sekedar nongkrong di cafe karena jam 9 malam kebanyakan toko, restoran dan cafe di Kolombo sudah tutup. Kami harus puas dengan Mc.Donald yang buka sampai jam 12 malam sambil menunggu Marlon yang akan menjemput kami. Kalo nongkrong di pinggir pantai juga tidak mungkin karena anginnya yang kencang dan cukup dingin.

Sunset di Galle Face Green

Hari ke-2 Kolombo to Nuwara Eliya
Hari itu kami mulai jam 8.30 di pagi hari, kami mampir di sebuah toko roti disekitaran rumah Marlon.Selama di Sri Lanka kami sering sekali beli kue dan roti di toko roti. Sebenernya tidak ada yang khas, tapi berhubung saya agak 'susah' bergaul dengan makanan lokal, jadi makan roti atau kue adalah pilihan yang netral buat saya. Setelah mengisi energi kami bergegas menuju ke Pettah Fort Railway Station dengan menggunakan bus untuk menemui Yudi yang tiba hari ini dari Kuala Lumpur.

Pettah 
Setelah bertemu dengan Yudi, kami langsung menuju Terminal Bus yang letaknya persis disebelah Stasiun kereta. Yaa .. ga disebelah persis sih, agak jalan kurang lebih 300 meter. Kami beruntung mendapatkan bis yang sebentar lagi hampir berangat menuju Nuwara Eliya. Waktu menunjukkan pukul 11.15 ketika perlahan bis AC full musik Sri Lanka (kalau di Indonesia ibarat dangdut koplo sepanjang Pantura :D) yang kami tumpangi meninggalkan terminal kemudian Kota Kolombo.


Perjalanan yang akan kami tempuh kurang lebih 6 jam (Rs. 375.00) melalui jalan yang mulus naik dan turun bukit dan melewati pergunungan teh yang indah. Udara dingin mulai terasa ketika bis berhenti disalah satu kota (saya lupa namanya) supaya penumpang bisa beristirahat dan makan siang. Kurang lebih satu jam sebelum memasuki wilayah Nuwara Eliya perjalanan makin menanjak perkebunan teh makin banyak terlihat disana sini, tidaklah heran kalau teh merupakan komoditi ekspor nomor satu Sri Lanka.
suasana kota Nuwara Eliya
Suasana kota Nuwara Eliya

Perlahan bus mulai memasuki kota Nuwara Eliya. Perumahan yang semula jarang terlihat mulai ramai. Sinar matahari sore menyinari kota indah tersebut yang dikenal sebagai Little England. Akhirnya kami pun berhenti di terminal kota Nuwara Eliya dan langsung disambut oleh udara dingin di kota yang mempunyai ketinggian sekitar 1.800 meter di atas permukaan laut tersebut. Baru saja kami menginjakkan kaki sehabis turun dari bus datanglah seorang pria menawarkan kami paket untuk pergi ke World’s End, yang kebetulan memang untuk itulah kami datang ke Nuwara Eliya. Setelah berkutat dengan tawar menawar akhirnya tercapai kesepakatan yang cukup memuaskan bagi kami. Kami mendapatkan harga paket yang murah untuk Penginapan (Rs 2.000/malam) dan Van (Rs 3.000) yang akan kami pakai keesokan harinya ke World’s End. Dengan van sang calo kami menuju ke penginapan kami yang sederhana tapi bersih.

Tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang ada setelah meletakkan barang di kamar penginapan dan bersih-bersih, kami langsung bergegas keluar untuk menikmati kota Nuwara Eliya yang cantik. Pemandangan alamnya yang berbukit-bukit ditambah udara dingin dan kabut yang mulai turun pasti mengundang decak kagum bagi siapa saja yang datang ke kota ini termasuk kami berempat.

oleh-oleh khas Sri Lanka
Dahulu kota ini dijadikan kota peristirahatan oleh pegawai-pegawai Inggris sekedar untuk berburu, berkuda, bermain polo, golf ataupun kriket. Tidak heran jika banyak rumah dan gedung bergaya arsitektur Inggris yang cantik dan masih terawat dengan baik disini. Sore berganti dengan malam dan udara dingin menusuk semakin terasa. Setelah makan malam dan mencari beberapa keperluan di supermarket lokal kami kembali ke penginapan, masih sempat foto2 sebentar sih hahahah. Kami juga sempat belanja untuk oleh-oleh berupa teh Dilmah yang harganya super muraaaahhhh disini. Udara dingin makin menjadi walaupun seluruh badan sudah dililit oleh berbagai macam sweater dan selendang. Sampai-sampai berbicara pun mengeluarkan uap dari mulut kami, saking dinginnya :D. Diperkirakan malam ini suhunya mencapai 120 saja. Pantes dingin bangetttttt .. brrrrr

                Jika kalian memutuskan untuk pergi ke kota Nuwara Eliya, sangat disarankan

                untuk membawa baju hangat seperti sweater dan jaket serta syal. Di siang hari kota 
                ini sejuk dengan suhu sekitar 19 - 20 derajat dan sangat dingin (buat saya) di
                malam hari sekitar 9 - 10 derajat  

dinginnya Nuwara Eliya

Hari Ke-3 Horton Plains National Park (HPNP)
menuju Horton Plains National Park
Menurut informasi pemandangan yang indah dan spektakuler dari Horton Plains National Park adalah saat pagi hari sekitar jam 7 dimana matahari bersinar terang dengan langit biru serta kabut yang masih menyelimuti sekitarnya. Untuk itu kami harus rela bangun jam 4.30 pagi karena kami akan dijemput oleh van sewaan kami jam 5.30. Suhu saat malam hari saja sekitar 120 apalagi pagi pagi subuh. No pain No Gain.. jika ingin mendapatkan pemandangan yang indah rasa dingin itu harus kami lawan.. penuh perjuangan melepas selimut dari badan ini.... Berhubung dinginya keterlaluan (buat kami yang hidup di daerah tropis) alhasil tidak ada yang mandi pagi itu walaupun tersedia air panas hahahahah. Hanya cuci muka dan sikat gigi saja. Kami memutuskan untuk langsung check out kemudian lanjut ke Kandy maka semua barang kami bawa dan kami taruh di mobil van. Jangan takut akan kedinginan selama di dalam van karena mobil ini dilengkapi oleh lampu ultraviolet yang dipasang di dalamnya dan membuat kami hangat.... 


hello human... how are you?


  
Semburan jingga di Timur mulai terlihat ketika van kami mulai menanjak ke Taman Nasional tersebut. Matahari mulai menampakan sinar indahnya. Jarak yang harus ditempuh untuk mencapai tempat tersebut kurang lebih 33 km dengan waktu tempuh 1,5 jam. Hutan pinus dan tanaman  hutan serta padang rumput yang dibanyangi oleh kabut perlahan mulai tersingkap. Yang saya tahu diluar sana udaranya pasti dingin sekali. Walaupun jalannya menanjak tapi sangat mudah dilalui oleh van kami. Satu hal yang saya kagumi dari Sri Lanka adalah infrastuktur yang sangat baik sepanjang yang saya kunjungi dan sangat menunjang kepariwisataaan mereka.

Horton Plains National Park adalah Taman Nasional dan situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO, terletak di dataran tinggi bagian tengah sebelah selatan Sri Lanka dengan ketinggian mencapai 2.100 – 2.300 meter di atas permukaan laut. Keindahannya tidak diragukan lagi. Saya dan ke tiga teman yang lain tak henti-hentinya berdecak kagum oleh keindahan dan keasrian dari Taman Nasional ini.

Tiket HPNP adalah Rs 9.000 untuk kami ber-empat atau Rs 2.250/orang biaya sudah termasuk tiket masuk ke Taman Nasional dan biaya parkir kendaraan serta pajak dan service charge. Kalau di kurs ke rupiah sekitar Rp 180.000 per orangnya. Tiga daya tarik utama dari HPNP adalah Mini World’s End, World’s End dan Air Terjun Baker. Mini World’s End dan World’s End merupakan tebing yang sangat tinggi dan sangat curam dengan kedalaman 200 meter untuk Mini World’s End dan 900 meter untuk World’s End. 

Untuk mencapai ketiga tempat tersebut kami harus menaklukkan jalur trekking sepanjang 10 km dengan waktu tempuh tiga jam menurut ranger setempat dan kami menyelesaikan dengan waktu .........EMPAT jam saja sodarah sodarah .... pastinya plus foto-foto dan jalan santai. Matahari boleh bersinar cerah tetapi udara tetep aja dingin untuk itulah kami masih memakai jaket dan syal. Ada dua alternatif jalan untuk mengeksplore ke tiga tempat tersebut yaitu jalur kiri dan jalur kanan. Sebenernya sama aja cuma beda arah. Kebetulan kami ambil jalur kiri yang pada akhirnya tidak kami sesali karena jalur trekkingnya lebih bersahabat yaitu lebih banyak jalan menurun ketimbang mendaki hhahahaha.


Langit Biru tanpa awan 


Savana


Baker's Fall
Padang rumput serta bukit bukit (seperti) teletubies ditambah langit biru bersih tanpa awan tidak pernah membuat kami bosan sepanjang jalur trekking yang kami lalui. Rasanya nggak akan pernah berhenti kami mengabadikannya dengan kamera.... Cantik.. cakepp beautiful .. you named it lah. FYI, Trekking di HPNP nggak perlu ranger atau guide karena jalurnya memang sudah ada dan bisa dilewati dengan mudah. Ketika akhirnya kami telah selesai trekking dan kembali ke gerbang awal baru sadar kalau kami sangat kelelahan dan tidak ada yang sarapan pagi!!! Hanya modalkan coklat yang dibeli semalam di supermarket dan air minum. Jangan harap ada tukang jualan makanan diatas sana apalagi jualan Indomie rebus atau jagung bakar *gleg.
             Sekedar saran, jika kalian suka dengan alam, HPNP adalah tempat yang
             sangat direkomendasikan. Jadi jika waktu kalian cukup pergilah ke tempat ini :D

Didepan rumah ranger atau kantor saya dan Ramon beristirahat sebentar diatas rumput dan sempat terlelap walaupun hanya lima menit saja, lumayan untuk menambah tenaga. Tak lama kamipun meninggalkan Taman Nasional ini bergegas menuju stasiun kereta api menuju Kandy. Ready or not ..... here we come Kandy!!! 


saya pun rela bangun pagi untuk pemandangan indah ini


Continue to: 

More Photos :

2 comments:

  1. i like the way you telling the story. and the display is looks very professional. -beyonce-

    ReplyDelete
  2. thanks mak :D
    susahnya menuangkan kata ke dalam tulisan kek gini. salut deh ama penulis2 buku ituh hahahaha

    ReplyDelete