March 30, 2011

Petualangan menuju Teluk Kiluan


Ada beberapa alasan mengapa saya ikutan trip ini. Pertama; saya selalu ingin pergi ke Teluk Kiluan, yang merupakan habitat bagi mamalia laut, lumba-lumba. Kedua: Trip yang ditawarkan sangat berbau adventure, karena perjalanan yang dilakukan tidak dengan jalan darat seperti yang biasanya dilakukan dan pernah saya dengar tapi dengan perahu kayu dari pelabuhan Canti langsung menuju Teluk Kiluan Diselingi snorkeling di beberapa tempat. “Another adventure”, kata saya dalam hati. Ketiga: Saya akan pergi bersama rombongan sebanyak 23 orang, dan saya hanya mengenal 2 orang saja yaitu Widhi dan Ninik. Selebihnya .. they are strangers to me. But since meeting new people has always an interesting experience…  that will add more excitement to this trip. Ke-empat: terakhir kali saya pergi melaut adalah liburan tahun baru kemarin. Ke-lima: teman saya pernah bilang ke saya,”Lia.. I think you need more sun-tanned” .... nggak penting banget yak :D. So… Kiluan Bay through the sea?? BRING IT ON  ..BABY!!!

Menuju Teluk Kiluan
Sabtu subuh: Kami sudah berada diatas ferry menuju pelabuhan Bakauheni, Lampung. Disambung dengan 2 angkot menuju pelabuhan Canti. Setelah sarapan pagi dan mempersiapkan peralatan snorkeling, jam 9 pagi kami lanjut dengan perahu kayu menuju Kiluan berharap cuaca tenang dan damai sepanjang perjalanan sedamai Canti pagi itu. Dari kejauhan tampak pulau Sebuku dan Sebesi juga anak Gunung Krakatau, “I willl visit you soon (Krakatau)” kata saya dalam hati.

Setelah dua jam perjalanan, pemberhentian pertama yaitu snorkeling di Pulau Sebeji. Wiii, udah ga sabar rasanya pingin nyemplung di laut yang tenang itu. Rencananya snorkeling di pulau Sebesi dulu tapi karena faktor cuaca dan kami telat 3 jam dari jadwal akhirnya kami langsung ke pulau Sebeji. Snorkeling di pulau Sebeji cukup menyenangkan.Tidak berombak, banyak ikan berwarna-warni, visibility cukup jelas dan masih banyak karang-karang yang utuh dan anemon-anemon yang masih muda. Sepertinya tidak terlalu banyak yang sering snorkeling disekitar pulau ini, asumsi saya. Setelah snorkeling kurang lebih satu jam dan makan siang di atas kapal, perjalanan pun berlanjut.



Snorkeling di Pulau Sebeji
Photo by Wahyu Widhi

Kira-kira lima belas menit setelah perjalanan lanjut kapal berhenti. Masalah pertama yang terjadi dengan perahu kami. Kurang lebih tiga puluh menit mereka memperbaiki mesin tersebut. Nggak ngerti ada masalah apa dengan mesin kapal yang pasti saya sedang menikmati pemandangan yang ada di depan saya sambil sesekali mengabadikannya dengan kamera. Pulau Sebeji yang hijau dengan pasir putih dan pantai yang cantik. Perjalanan kembali lanjut dibawah matahari jam 2 siang yang cukup terik tetapi angin sejuk yang berhembus dan perut yang kenyang memaksa mata saya untuk terpejam. Sayapun tidur di dek belakang kapal dibuai ombak tenang.  


Satu jam kemudian saya bangun karena kapal kembali berhenti. Lagi-lagi dengan masalah yang sama. Fan belt untuk pendingin mesin kapal putus. Kali ini ayunan ombak mulai sedikit kencang, cukup untuk membuat teman-teman kami mabuk laut. Beberapa orang satu persatu mulai muntah. Perahu lanjut lagi tapi hanya untuk beberapa ratus meter kedepan dan … berhenti lagi &%$##@!@#$#@!. Cukup frustasi juga sebenarnya melihat mesin kapal yang mati berkali-kali ditambah lagi ombak yang cukup tinggi serta ketidakjelasan dimana Teluk Kiluan tersebut.

Situasi teman-teman yang lain makin memprihatikan, ada yang sudah berkal-kali muntah. Ada juga yang sampai terpentok kepalanya demi berusaha mencapai jendela ditengah goyangan ombak kencang hanya supaya tidak muntah didalam kapal. Perjalanan ini sepertinya akan sangat paaaaaaanjang. Ombak yang makin tinggi semakin kencang mengguncang perahu kami. Horizon yang harusnya bisa terlihat dari dalam jendela kapal tertutup oleh tingginya ombak. Saya dan Widhi sempat berasumsi mungkin tingginya ombak sekitar 1 - 2 meter @_@. Setiap kali perahu berhenti setiap kali pula ombak membuat perahu kami berubah haluan. Dan jika akhirnya perahu bisa berjalan setiap kali itu pula perahu harus berjuang untuk merubah haluan ke kembali arah barat yaitu Teluk Kiluan. Begitu berulang-ulang. Sejauh mata memandang hanya laut laut  dan laut yang terlihat, tidak ada perahu lain selain kami. Pasrah dan berdoa adalah yang terbaik yang bisa dilakukan saat itu. And this comes to a joke with Ninik, that the most religious moment with God is when we are in a situation like this hehehhe. FYI, sebelumnya kami berdua pernah mengalami kejadian terombang-ambing di atas kapal selama delapan jam menuju Karimun Jawa.  



Delapan dari 23 orang bertahan tidak mabuk laut, termasuk saya didalamnya. Dan saya juga yang beruntung bisa menyaksikan keindahan alam Lampung bagian selatan ini. Tebing-tebing hijau menghiasi sepanjang perjalanan menuju ke Kiluan. Kalau berandai-andai seperti Halong Bay di Vietnam sana atau Koh Phi Phi di Thailand :D. Semburat jingga di barat menambah kecantikan alam sekitar. Perlahan tapi pasti matahari terbenam meninggalkan kegelapan disekitar kami. Dan kamipun masih terombang ambing dilaut dengan perahu yang berkali-kali mati.
Sunset ditengah samudera

Pada saat kapal kami sedang berenti, dari arah belakang kami tiba-tiba datang kapal nelayan lain datang memberikan pertolongan dengan cara menarik kapal kami dengan menggunakan tali. Senang sekali rasanya akhirnya kapal bisa melaju dengan cepat. Harapan kembali muncul akan tiba sampai di Kiluan sebelum gelap. Cukup jauh jarak yang mereka tempuh untuk menarik kapal kami. Dan tiba pada saatnya mereka akhirnya melepas tali penarik dan kembali balik ke arah yang berlawanan dengan kami. “ Terima kasih ya pak”, teriak kami dari atas perahu. Gelap menguasai areal sekitar kami, walaupun dengan mesin yang masti hidup dan mati para awakkapal berusaha agar perahu jalan terus. Perlahan ombak mulai tenang, dari kejauhan terlihat cahaya-cahaya lampu didepan menandakan kehidupan diseberang sana. “Ahh, sebentar lagi kami sampai”. Perjalanan berakhir jam 7.30 malam. Total kurang lebih 8 jam diatas perahu.

Rescue Team
Karena suasana remang-remang pulau tempat homestay yang kami tinggali tidak terlihat keadaannya. Yang pasti saya merasakan pasir halus dikaki ketika mendarat di daratan Pulau Kelapa. Saya arahkan pandangan ke langit dan bintang pun bertaburan menambah keindahan malam. Rasa penat dan lelah seperti meluap seketika. Setelah menaruh tas hal yang pertama dilakukan alat mencharge handphone walaupun aga percuma karena tidak ada sinyal sama sekali kalopun ada harus pergi ke pinggir pantai dulu, itupun hanya provider tertentu saya. Listrikpun sangat terbatas. Hanya dinyalakan dimalam hari dan akan dimatikan ketika semua orang sudah tidur. Setelah istirahat dan mandi kemudian makan malam, saya dan beberapa orang teman bergegas menuju pantai. Di pantai saya hanya tidur-tiduran memandang bintang di langit diatas tikar yang digelar di pasir sementara teman yang lain berfoto ria. Kami kembali ke homestay, karena kelelahan sebagian teman-teman sudah tidur dan kamipun ikut tidur juga dengan janji bangun pagi untuk berburu lumba-lumba. Hmmm… another fun for tomorrow. Saya pun tertidur dengan cepat …zzzzzzzzzzzzzz. 

Jukung
Minggu, jam 5 pagi saya bangun. Sayup-sayup mulai terdengar kehidupan dikamar sebelah. Setelah cuci muka dan sikat gigi. Kami bergegas mengambil life vest yang sudah disiapkan oleh pihak homestay. Dipantai sudah siap beberapa jukung yang akan membawa kami keluar teluk. Saya, Ninik dan Widhi berada disatu perahu. Masing-masing siap dengan kameranya untuk mengabadikan lumba2 dan teman2nya. Kurang lebih 45 menit waktu yang ditempuh untuk membawa kami dari pulau keluar Teluk Kiluan. Yang disebut jukung adalah perahu kecil yang hanya bisa muat 4 orang termasuk yang mengendarai jukung tersebut. Walaupun perahu ini kecil tapi sanggup bertahan ditengah-tengah ombak yang pagi itu lumayan tinggi, karena ada penyangga dikanan kiri perahu yang bisa menstabilkan posisi perahu.


That freely wild dolphins
Photo by: Wahyu Widhi
Huntingpun dimulai, masing2 jukung mulai berpencar untuk mencari keberadaan mamalia laut tersebut. Ombak yang cukup tinggi, mengharuskan kami untuk berhati-hati menjaga diri. Ombak yang tiba-tiba datang menyiram kamera yang sedang saya pegang. Display mati tidak berfungsi,  tetapi masih bisa untuk foto walopun kaga ada display sama sekali :(. Tak sampai beberapa lama lumba2 tersebut mulai muncul. Mula-mula hanya dua kemudian hilang lagi. Muncul lagi ditempat lain. Tidak mudah ternyata hunting lumba-lumba tersebut faktor keberuntungan dan cuaca sangat berpengaruh. Menurut bapak yang membawa jukung tersebut, musim terbanyak lumba-lumba tersebut keluar ada bulan Mei dan Juni. Menurut sang bapak pagi ini jukung yang keluar termasuk yang terbanyak sampai 15 jukung yang biasanya hanya 4 – 6 jukung saja.

Satu jam kami berkejar-kejaran dengan lumba-lumba tersebut. Saya sangat puas melihat mereka dari dekat. Walaupun tidak bisa memotret mereka dengan kamera sendiri, well at least I witness them with my own eyes. Ninik yang sudah 3 kali ke tempat ini juga puas untuk kunjungannya kali ini :D. Kamipun kembali ke pulau Kelapa diiringi rintik-rintik hujan. Sampai kembali di pulau kelapa dan sambil menunggu sarapan, kami berkesempatan untuk mengeksplore Pulau Kelapa.


Pulau Kelapa








Pulau Kelapa












Jika bagian depan pulau terhampar pasir putih dan dengan air laut yang tenang berwarna toska, sangat bertolak belakang dengan bagian belakang daripulau tersebut. Batu karang banyak terdapat dipinggir pantai. Ombak yang berasal dari lautan lepas silih berganti menabrak karang-karang tersebut. Pulau Sumatera didepan kami terhampar hijau memanjang diterpa sinar matahari pagi menambah indah pemandangan yang sedang saya lihat saat itu.

Tak lama kami dipanggil untuk sarapan pagi dan kemudian bergegas packing dan meninggalkan pulau Teluk Kiluan tepat jam 10 pagi. Berat rasanya meninggalkan kedamaian yang saya dapat dipulau ini. Apalagi kami tak sempat snorkeling dikarenakan waktu yang mepet dan sedikit trauma terjebak gelombang. Mudah-mudahan perahunya kali ini tidak berhenti lagi *finger crossed*.
Meninggalkan Teluk Kiluan dan Pulau Kelapa

Dermaga Canti
Pelan tapi pasti perahu kami keluar dari teluk, meninggalkan pulau Kelapa. Matahari bersinar cerah, ombak yang tidak terlalu tinggi memuluskan perjalanan kami. Beberapa teman tertidur dan saya berdiri di dek belakang kapal kembali memandangi alam sekitar yang mungkin sempat terlewat kemarin. Beberapa ekor lumba-lumba terlihat sedang berenang berlawanan arah dengan kami. Mungkin mereka akan kembali ke lautan ditengah sana pikir saya. Dan kamipun tiba di Canti safe and sound. Mulus semulus jalan tol Jakarta  - Bogor hehehehehe.

Setelah mandi dan bersih-bersih di Canti dengan menggunakan angkot kami lanjut menuju pelabuhan Bakauheni. Di Canti, saya bertemu dengan teman-teman yang baru balik dari Krakatau dengan kulit yang memerah seperti kepiting rebus hehehehe. Jika ada yang bertanya perjalanan apa yang paling berkesan yang pernah saya alami dengan pasti saya akan menjawab KILUAN !!! oh yaa dan KARIMUN JAWA :D

me and my friends and my 20 other new friends :D

Camera Courtesy: Wahyu Widhi (berhubung kamera mati, saya dipinjamkan kamera oleh paman gembul ini.. makasih yooooo, jangan lupa untuk nagih voucher bengbeng nanti :D)

2 comments:

  1. jiakakakakakaa...
    kesannya kalau membaca cerita ini perjalanannya sangat damai..

    nice story euy... ada tawaran ke kiluan lagi tapi naek mobil dan sampai di kiluannya siang hari.. interested ?

    ReplyDelete
  2. Biar pada minat naek prahu ke Kiluan hehehehe. Overland yaaa? kapan tuh

    ReplyDelete