Hari ke-1: Tiba di Gorontalo
Udara panas tengah hari bolong menyambut kedatangan gue dan dua kakak adik, Dewi & Ovie (baru kenal di pesawat) di Airport Jalaluddin, Gorontalo. Setelah bagasi lengkap kami langsung ke luar dan menunggu kedatangan jemputan Dewi dan Ovie. Gue juga diajak untuk barengan ke kota *lumayan lah ngirit :D. Dan memang ternyata jarak airport ke kota Gorontalo kurang lebih 40km dengan waktu tempuh 1 jam. Kota ini sepi padahal waktu menunjukkan pukul 1.30 siang. Ternyata jam segini itu penduduk Gorontalo pada molor, semacam Siesta gitu deh :D
Gorontalo view |
ferry gorontalo - wakai |
Ferry-nya lumayan besar, jadi ke-inget perjalanan dari Karimun Jawa balik ke Jepara. Cukup bersih, terutama WCnya (penting!!). Gue beli tiket Business Rp 89.000 dan menempati ruangan ber AC yang kapasitas mungkin untuk 50 orang, tapi saat gue masuk cuma ada 3 orang didalam jadi bisa puas deh pilih-pilih bangku di dalam. Setelah taro tas dan 'booking' tempat duduk gue langsung 'jalan-jalan' keliling ferry sambil liat-liat mana tau ada traveler lain yang bertujuan sama dengan gue, mana tau bisa sharing hehehe. Ternyata melewati deck economy udah penuh dengan penumpang dengan lapaknya masing2 dengan kondisi AC alias angin cepoi-cepoi malam :D. Telat 1 jam 15 menit akhirnya ferry berangkat juga meninggalkan pelabuhan menembus pekatnya malam mengarungi teluk Tomini yang tenang. Langit di atas penuh dengan bintang dan lautnya tenang, dan gue masih ngendon di deck atas sambil asik live tweet, mumpung sinyal masih kencang nih hehehehe. Hujan turun dan gue pun bergegas balik ke deck dan mulai cari posisi cihuy untuk molor. TV kabel mulai kehilangan sinyal dan gue tertidur. (Togean Information)
Hari ke - 2: Kepulauan Togean
Pagi itu gue bangun dan cuaca mendung masih gerimis. Di kejauhan terlihat gugusan pulau berkarang. Pelan tapi pasti ferry mulai memasuki kawasan Kepulauan Togean. Pulau-pulau berpasir putih serta pohon-pohon hijau mulai terlihat waktu ferry mendekati Pulau Batudaka. Jam 9 lewat 15 menit ferry berlabuh di Wakai. Gue pun langsung keluar bersama sebagian penumpang yang turun di Wakai. 1 jam kemudian ferry ini akan langsung berangkat menuju Ampana.
Yah, gini nih kalo tiba di tempat belum ada tujuan, ujung2nya gue celingak-celinguk kek orang begok mencari informasi tentang penginapan di Togean. Sempat tanya ke salah satu bapak yg kerja di DisHub (keliatan dari seragamnya) tapi infonya buat gue ga meyakinkan jadi gue keliling lagi cari seseorang yg bisa ngasih info OK tentang penginapan. Sementara yang lain sibuk dengan barang bawaan, gue sibuk keliling mencari info, dan akhirnya gue temukan bapak yg ngasih info bahkan nunjuk guide yang langsung bisa ngebawa gue ke penginapan. Namanya Eli, guide lokal Wakai.
Awalnya gue memilih Poyalisa yang letaknya dekat dengan Bomba dengan alasan lebih dekat dengan Ampana tujuan gue berikutnya untuk menuju ke Palu dan juga beberapa referensi yang menyebutkan kalau tempat ini bagus dari segi coral dan juga pemandangannya. Tapi tempat ini jauh dari Wakai yaitu sekitar 2.5 jam perjalanan dengan perahu lagian mahal pulak :(. Sudah hampir setuju dengan Poyalisa, dan Eli sudah mencarikan kapal buat gue kemudian gue lanjut tanya 'kalo gue mau liat stingless jellyfish lebih dekat darimana?' dan Eli pun bilang kalo danau itu lebih dekat dari Katupat ketimbang Poyalisa. Dan saat itu juga gue langsung merubah haluan gue untuk stay di Fadhila Cottage yang kebetulan juga ada Dive Center dan posisi Fadhila tepat berada di depan Desa Katupat hehehehe *murahan abis yak gue :D*. Lucky me, ternyata Eli itu guide di Fadhila juga and he is a certified diver. Lengkaplah sudah kebahagian gue di pagi pertama .....
Desa katupat dilihat dari Pulau Pangempan (Fadhila Resort) |
Fadhila Resort |
Fadhila Resort |
Hari ke - 3 : Bertembu lumba-lumba dan berkunjung ke kampung Bajo.
Alarm hp gue bunyi (hah!! liburan kok pake alarm), waktunya bangun untuk moto sunrise dan kemudian hanya mendapati kalau langit mendung dan gw pun tidur kembali. Karena ga bisa tidur akhirnya gue memutuskan untuk keliling pulau lagi kali ini ngarah ke dermaga dan mendapati airnya yang tenang. Tak jauh dari jetty ada satu... dua .. tiga.... sekitar 7 sampai 9 Lion Fish!!!!! Berenang dengan anggunnya mengejar segerombolan ikan-ikan kecil. Hedeeuuh cakep banget deh nih. Ga jauh juga dari pantai ada bintang laut warna orange hitam (persis banget kaya yg suka ada diliat di foto kalo orang2 pada ke Belitung).
Setelah sarapan jumbo, Eli langsung mengajak gue untuk pergi ke tujuan yang pertama yaitu kampung Bajo yang di Pulau Papan berhadapan persis dengan Pulau Malenge ke arah timur Fadhila Resort. Matahari masih sembunyi di balik awan (ato awannya yang gag mau geser nih...!!) jadi suasananya masih aga mendung dan gue terus berdoa supaya cuaca tetap cerah karena di sebelah selatan udah langitnya udah gelap ajeeee.
Perjalanan satu jam yang gue sangka akan membosankan ternyata kagak tuh, karena gag sampe 15 menit gue melihat segerombolan lumba-lumba loncat-loncatan di ujung sana (video) dan Eli pun langsung meminta pengemudi kapal untuk menuju ke arah tersebut. Tak sampai 5 menit gue pun melihat lumba-lumba itu berenang beiringan di samping kapal. Ahh... senangnya ngelihat lumba-lumba berenang dengan bebas seperti ini. Dan jumlahnya banyak bangetttttt :D. I remembered once someone said to me, kalo kita bisa liat lumba-lumba berenang dengan bebas di lautan, we should be a very happy people :p... The truth is secara jarang2 liat lumba ya pasti seneng lahhhhh bisa liat segerombolan berenang sambil loncat2an disamping kita :D Puas nemenin mereka berenang, perjalanan lanjut lagi ke arah timur. Sinar matahari mulai keluar sedikit demi sedikit, langit biru masih kehalang sama awan tipis putih. Rasanya pengen banget ambil hapusan terus di hapus deh tu awan.
Oma lagi buat nasi bulu untuk lebaran besok |
Puas dengan Malenge gue langsung menuju jembatan kayu tersebut, panjangnya kurang lebih 500m menghubungkan antara pulau Malenge dan pulau Papan. Pulau Papan adalah salah satu konsentrasi masyarakat Suku Bajo. Dulu sebelum jembatan dibuat anak-anak suku Bajo jika pergi sekolah harus pergi pulang pake perahu, kalau hujan atau angin kencang sulit untuk mereka pergi sekolah. Untuk itulah jembatan ini dibangun agar memudahkan anak-anak pergi ke sekolah. Selain itu lebih memudahkan suku Bajo untuk pergi ke Pulau Malenge tanpa harus pakai perahu yang pastinya memerlukan bensin. Sementara bensin di Kepulauan Togean terbilang mahal bisa mencapai Rp 9.000 per liternya.
Anak-anak suku Bajo sedang memancing |
Anak-anak suku Bajo |
Anak-anak suku Bajo |
Jembatan yang menghubungkan pulau Papan dan pulau Malenge |
Hari ke-4: Akhirnya diving juga!!
Ini adalah hari terkakhir gw di Togean karena besok pagi jam 7 gue sudah harus berangkat ke Wakai untuk mengejar ferry jam 9 pagi yang akan berangkat ke Ampana. Percakapan semalam gue dengan pak Sayiful, manager Fadhila, adalah diving setelah mereka jumatan. Jadi gue punya waktu dari pagi sampai siang untuk santai. Pagi itu gue snorkeling dan berenang hanya di sekitar pulau. Langit yang tadinya mendung berubah menjadi cerah. Pagi itu juga gue ngeliat lumba-lumba berenang di sekitar pulau. Heheheh, yup ternyata mereka ada juga di sekitar pulau ini, what a perfect island.
Karena Eli belum datang juga, mungkin ga ada kapal yang ke arah katupat, setelah makan siang gue langsung preparation dan refresh untuk diving. Gue akan turun dengan pak Syaiful sebagai Dive Master dan dua orang buddy gue, Arman dan Ajahan. Dua orang buddy gue ini adalah pemuda asli Katupat yang baru minggu lalu dapet diving license atas biaya pemerintah. Kalo menurut pak Syaiful setiap tahun pemerintah setempat membiayai pemuda pemuda lokal untuk kursus diving supaya mereka bisa menjadi guide bagi wisatawan yang akan diving di Togean.
Gue, Dive Master dan Buddies |
Spot diving gue adalah di Karina kurang lebih 20 menit dengan perahu ke arah timur. Dekat tempat kami diving juga ada pantai pasir putih yang bernama sama Pantai Karina, yang pada hari itu ramai oleh penduduk lokal yang sedang berekreasi karena sedang libur. Begitu tiba ombaknya lumayan besar juga dan kami langsung turun kurang lebih 30 menit hingga kedalaman 11 meter. Dari mulai nudi branch, kerapu school of fish, lion fish, dan banyak soft coral yang cakep-cakep. Sayangnya foto-foto yang diambil kurang bagus dan blur jadinya karena buoyancy gue yang kurang baik :D. Keknya musti banyak belajar lagi nih supaya kemampuan buoyancy gue makin bagus. Dari Karina spot, kami pindah ke Danau Mariona dimana ada ubur-ubur tak menyengatnya. Inilah salah satu tujuan gue datang ke Togean yaitu untuk mengunjungi di sang ubur-ubur yang lucu dan cantik itu (more story on Stingless Jellyfish).
Sebenernya gue blom puas maen-maen dengan ubur-ubur ini, tapi apa boleh buat waktu makin beranjak sore. I just love how the universe works with its unique way to make my trip memorable. Tiba di resort gue langsung pasang posisi untuk nikmatin matahari terbenam yang hari ini cantik banget. Warna langit jingga di barat sana menutup sore terakhir gue di Togean dengan indah.
Wakai - Ampana - Palu - Jakarta
Jam 7 pagi gue sudah duduk manis di perahu yang akan ngebawa gue ke Wakai. Matahari masih sembunyi di balik awan, tapi cahayanya tidak mampu menutupi langit biru yang cerah di sebelah timur sana. Sedih juga meninggalkan Fadhila, 3 hari rasanya kurang di tempat yang indah ini. Tapi apa boleh buat, nasib seorang pegawai yang cutinya sudah di patok heheheh. Mungkin next time gue aga kembali lagi... mungkin.
Perjalanan Wakai - Ampana aga lebih rame kali ini, selain gue ada 5 orang traveler dari Amerika yang mau ke Toraja lewat Poso yang barengan duduk di kelas bisnis. Perjalanan Wakai Ampana adalah 5 jam melewati jalur laut diantara dua pulau Batudaka dan Togean. Kaya lagi lewatin sungai gitu deh. Kiri kanan sepanjang jalur ferry berwarna hijau. Awan kadang menghalangi cahaya matahari terik tapi tidak mengurangi keindahan pemandangan saat itu. Beberapa kali ferry melewati kawasan pemukiman pinggir pantai. Tak lama sekitar 1.5 jam meninggalkan Wakai pemandangan beralih menjadi lautan luas bukan lagi pemandangan hijau pohon.
Pemandangan perjalanan Wakai - Ampana |
Perjalanan Ampana - Palu adalah perjalanan naik mobil (L300) yang tidak menyenangkan sepanjang pengalaman gue naik bis malam. Nggak ber-AC, gue kebagian duduk sebelah supir. Bangkunya keras dan panas. Alhasil sepanjang perjalanan gue ga bisa diam karena posisi duduk yang selalu serba salah dan itu harus gue jalananin selama hampir 12 jam. Dan untuk perjalanan yang seperti itu gue harus ngebayar Rp 110.000. So much for a lousy travel car.
Jam 5 pagi mobil mulai memasuki kota Palu terlambat 2 jam karena supir memutuskan untuk tidur sebentar karena ngantuk. Kota Palu cantik di malam hari. Kota yang terletak di teluk ini dikelilingi oleh jajaran pegunungan pasti cakep nih kalo siang hari. Sinar bulan penuh yang jatuh di permukaan air menambah indah Palu dilatarbelakangi oleh cahaya lampu kota yang berwarna-warni. Sayang gue ga bisa berenti untuk sekedar foto. Selesai mengantar penumpang yang lain dan gue adalah yang terakhir di drop di hotel. Setelah dua kali mencari penginapan, hotel Buana Graha, Palu adalah yang ketiga dan untungnya masih ada kamar sisa. Kamar dengan satu tempat tidur dan kamar mandi gue bayar Rp 120.000 dan untungnya gue bisa check out jam 2.30 sore karena pesawat gue take off jam 4 sore. Perjalanan 12 jam yang melelahkan memaksa gue untuk tidur dulu di hotel. Walaupun ujung2nya gag bisa tidur juga sih. Akhirnya gue memutuskan untuk keliling kota, cari oleh-oleh dan makan. Yang khas untuk sarapan di kota Palu adalah nasi kuning. Jam 5 pagi tadi begitu gue masuk kota Palu sudah banyak warung nasi kuning yang buka. Lauknya dari mulai ayam, daging sapi, dan telur. Harga berkisar Rp 10.000 - 20.000 tergantung lauknya dan top adalah sambalnya. Pedasnya juwaraaaaaaaa
Kota Palu |
Naik angkot di Palu juga pengalaman tersendiri buat gue karna disini angkotnya tidak ada jalur khusus. Alias bisa nganterin lo kemana ajah dan lewat rute mana ajah. Bayarnya pun juga ga mahal-mahal banget hehehe. Jaid kalo mau keliling kota naik angkot bisa banget nih. Udah gitu di Palu juga banyak rumah makan padang dan menurut supir angkot yang juga ternyata orang Padang di kota Palu banyak perantau dari Provinsi Sumatera Barat tersebut. Pak Arman, nama supir angkot, juga sudah hampir 20 tahun tinggal di kota Palu dan sudah beranak cucu disini.
Jam 2.30 sore gue memutuskan untuk ke airport dengan menggunakan taxi yang dipesan dari hotel. Aga kaget juga sih lihat argonya yang mahal. Buka pintu sih Rp 5.000 tapi argo per 100 meter adalah Rp 350. Gileee lebih mahal dari Jakarta bahkan bluebird sekalipun. Tapi apa boleh buat karena angkot tidak masuk ke airport dan gue aga males naik ojek karena Palu sedang membara panasnya. Dan ternyata jarak airport dari hotel nggak jauh-jauh banget. Cuma 8km dan gue hanya membayar Rp 15.000 untuk taxi hehehe.
Bandara Mutiara Palu emang bapuk banget, kecil dan kumuh. Tapi justru di depan bandara yang kumuh ini sudah berdiri bangunan baru yang megah sebagai penggantinya. Bandara ini sedang dalam proses perampungan mungkin tahun depan sudah mulai beroperasi. Kira-kira kapan ya Soe-Ta selesainya??
nice infoh....salah satu inceran q juga nih...!
ReplyDeletetulisan lu keren Li... foto2 nya bercerita... welldone sis.. pernah berpikir bikin buku perjalanan ?
ReplyDeletekeren mba, thax infonya *jadi pengen kesana*
ReplyDeletehikz..sirik sayah, sayah yg org Palu blum pernah ke Togean uyy... *maklum skr lg merantau ke jawa*
ReplyDeleteeniwei welcome to my hometown!!! ;-)
hahahaa..itulah juaranya angkot di Palu,mau minta dianter sampe di depan rumah juga bisa,ga kapok sama sengatan matahari-nya kan??
@Indra & Mia : harus di datangin tuh TOgean, kalau hobby off the path traveling destination Togean adalah a must visit ;)
ReplyDelete@ wakey wakey : Makasih ;). Buku perjalanan? Sampe sekarang blum minat :D. I thought myself not a writer. But thanks buat supportnya.
@Kuririn: ahhhh, Palu cantiiikkk. Sengatan matahari sih ga kapok malah sukaaa. Saya pengen balik lagi sepertinya ke Palu untuk ke Donggala dan Lore Lindu.. entah kapan :p
artikel menarik catatan perjalanan sendirian ke togean
ReplyDeletebtw habis brp ke togean sendiri all in ???? perlu nich biar bisa ada gambaran hehehehe.
ReplyDelete@cumilebay.com : japri aja deh kalo mau tanya2 tentang harga :D
ReplyDeleteNice inpoh. Boleh tanya2 jugakah? Ada rencana mau kesana. B2 juga sih, cewek2. Boleh tauk emailnya kah? thanks
ReplyDeletelia_lt@yahoo.com
ReplyDeleteKeren mba, tertarik pengen ke Togean setelah liat Instagramnya Riyanni Djangkaru. Oh iya bisa mintakah rincian biaya dari JKT - Togean mba? makasih
ReplyDeletesilahkan cek kesini ya ;)
ReplyDeletehttp://lialt.blogspot.sg/2012/11/informasi-tentang-togean.html
oke sip, makasih mba
DeleteKapan2 mampir ke mbuang mbuang Banggai laut mbak ada danau ubur ubur dan pulau pasir di tengah laut
ReplyDelete