Biasanya kalo hobi jalan-jalan (traveler, tourist or whatever you named it) ada beberapa orang yang akan mencari dan mencoba-coba makanan lokal di daerah/negara tersebut. Gue bukan pejalan yang seperti itu sih. I'm not a foodie. Jadi buat gue kalo lagi di dalam perjalanan, makan adalah sebuah kewajiban untuk sekedar mengisi perut dan penambah tenaga. Bukan yang harus mati-matian untuk mencari makanan asli daerah itu. Sebenernya lebih mencari aman sih.
|
Porsi besar : daging kambing + pasta, roti, nasi + sayur :D |
Mutton oh mutton
Buat gue yang kagak doyan makan daging kambing (mutton), tujuh hari di Mongolia itu adalah sebuah penyiksaan *lebay*. Bukan karena takut kolesterol naik tapi emang nggak suka aja sama baunya daging kambing. Hari pertama makan siang disuguhin daging kambing tumis pake 3 karbo; nasi, makaroni dan roti. Sayurnya dikit, cuma timun dan wortel di iris tipis2. Gue masih memaksakan diri untuk makan, karena tau there is no other option for me. Eat or not eat, kenyang atau kelaparan.
|
atas kiri : sup kambing + mie, atas kanan: sarapan salad buah + telur (no mutton, YEAY!!)
bawah kiri: tumis daging kambing dengan paprika (makannya pake nasi), bawah kanan: Buuz |
|
Khuushuur |
Makan malam pertama, Buuz atau dumpling with mutton filling. Please, don't get me wrong, makanan Mongolia itu enak. Bumbunya tidak se tawar kalau lagi makan di Cina. Cuma mungkin karena gue ga suka kambing jadinya yaa... nggak ke makan juga tuh dumpling. Alhasil cuma makan kulitnya aja. Sementara daging kambingnya cuma diicip sedikit. Sisanya kasih ke teman yang bersedia menampung hehehe. Keesokan paginya, sarapan dikasih roti + selai + butter, dan omelet with mutton sausage. Another mutton hahahahaha. Omeletnya gue embat sosinya gue singkirin. Selebihnya bisa ditebak sendiri, tiada hari tanpa daging kambing sampai hari terakhir ikutan tour. Dari pagi, siang sampai malam tiap hari pasti akan ada menu daging kambing. Dibuat soup, dibuat campuran untuk mie goreng atau pastel dll. Gue yakin banget buat kalian para penggemar daging kambing, pasti akan menganggap Mongolia sebagai surga. Cuma satu makanan Mongolia yang bisa gue makan sampai habis. Namanya Khuushuur. Semacam pastel yang isinya daging kambing. Dimakannya yang pasti pake saos sambal dari Indonesia, biar nggak terlalu berasa daging kambingnya sih.
Sempat dikasih menu yang beda, waktu makan pagi dikasih menu nasi dicampur sama ikan kalengan, Duh, rasanya surga banget. Bahagia banget bisa makan ikan pada saat itu. Mongolia itu nggak punya hasil laut, karena memang nggak punya laut sih. Jadi produk ikannya paling hanya yang kalengan. Kalau daging ayam juga jarang banget, termasuk gue jarang lihat ayam di daerah luar Ulanbaatar. Sekalinya makan ayam itu cuma di malam terakhir di Mongolia, itupun di restoran di Ulaanbaatar. Daging sapi sih katanya cuma ada pada saat winter. Untungnya selama di Mongolia sempat bawa makanan dari Indonesia, kayak abon dan tempe orek, jadi masih ketolong lah yaaa.
|
akhirnya makan ayam :D |
Bersukurlah kita orang Indonesia yang makanannya beragam, bisa dimakan kapan saja tanpa memandang musim. And I really mean it! Like really :D.
Note:
Foto dibawah ini susu sapi yang sudah dimasak terus didinginin. Bagian atasnya yang sudah mengental diambil untuk olesan roti. Sumprit enak banget *gleg*
ada spesifik daun yg selalu ada di makanan mereka, namanya daun dille, duh sumpah sampai skarang gw stress ngeliat dille ini :-))
ReplyDelete* * *
Jalan2Liburan → Pilihan Kuliner Halal di Singapura