Perlahan mobil yang kami
tumpangi memasuki Ciawi yang cerah. Saya hirup udara segar Ciawi dalam-dalam
menggantikan udara Jakarta di paru-paru saya. Hmm….masih berbau CO2 sedikit sih
karena sekitaran masih ada mobil-mobil yang parkir dan mengeluarkan gas CO2
dari pembuangannya. Mendinganlah daripada di Jakarta pikir saya dalam hati.
“Cibodas teh....?” kata seorang
bapak yang menghampiri kami bertiga.
“Iya pak, berapa?” jawab
saya
“Lima belas ribu” jawab si
bapak dengan logat sundanya yang kental.
Tak lama saya, Milla dan
Fiky sudah duduk manis didalam Elf belakang supir yang sedang bekerja. Tak
sampai 10 menit mobil meninggalkan Ciawi menuju ke arah puncak pas kemudian
Cibodas. Perjalanan kami bertiga adalah menuju Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango melalui Taman Cibodas. Kami akan trekking menuju Curug Cibeureum.
Angin sejuk berhembus masuk
melalui jendela mobil membuai mata saya tapi sayangnya nggak bisa tidur juga.
Laju mobil yang tadinya lancar mulai melambat dan macet. Kurang lebih satu
setengah jam waktu yang harus ditempuh untuk mencapai pertigaan Cibodas.
Setelah sampai di pertigaan Cibodas kami menuju warung nasi di pinggir jalan
untuk membeli bekal makan siang nanti. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan
naik angkot menuju Taman Cibodas. Melalui jalan mulus menanjak selama kurang
lebih lima belas menit, akhirnya kami tiba di gerbang depan Taman Nasional
tersebut. Kunjungan ini adalah yang kedua kali buat saya dan yang pertama buat
Milla dan Fiky.
Tembok besar dari batuan kali dengan tulisan “Welcome to Gunung Gede Pangrango” menyambut kami. Terlihat posko tapi tidak ada orang didalamnya. Kami diberitahu kalau loket untuk beli tiket pindah ke dalam. Kami memasuki wilayah tersebut dan disambut oleh rimbunnya pohon-pohon serta hawa sejuk dan lembab. Loket tiket terletak 100 meter dari gerbang depan. Harga tiket adalah Rp. 2.500 untuk lokal dan Rp. 25.000 untuk orang asing. Tak jauh dari loket tiket terletak papan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh pengunjung serta petunjuk jalan, toilet dan juga informasi tentang Taman Nasional.
Setelah selesai membeli
tiket kami bertiga melanjutkan perjalanan memasuki hutan lebih dalam. Menurut
papan petunjuk jarak dari loket tiket menuju menuju ke air terjun Cibeureum
adalah 2.6km dan dapat ditempuh selama 1 jam. Tapi saya yakin seyakin-yakinnya
pasti akan lebih dari satu jam. Jalan setapak yang ditandai dengan batu-batuan
kali yang menanjak terlihat rapih, disisi kiri dan kanan tumbuh pohon-pohon
besar dan tinggi khas hutan tropis. Bau lembab hutan dan udara sejuk segar
menemani perjalanan kami.
Sepuluh menit pertama adalah
perjalanan menanjak yang menyiksa *aga2 lebay. Sebenernya gak berat-berat
banget sih cuma untuk saya dan Milla yang jarang-jarang olahraga dan trekking
cukup membuat jantung ini bekerja luar biasa dan keringat pun mengucur tiada
henti. Berkali-kali kami bertiga berhenti demi untuk mengatur nafas yang sudah
senen kemis sambil sesekali minum dan menghirup udara segar. Ini penting sebab
balik ke Jakarta sudah pasti ga bakalan dapet udara seperti ini.
Nanjak terussss................ |
Sekitar 40 menit berjalan
kami tiba di Telaga Biru. Dinamakan Telaga Biru karena memang telaga ini
berwarna biru (yaeyalah anak TK juga tauuu kaleee). Maksudnya berwarna biru
karena terdapat tanaman Algae yang kadang berubah warna menjadi hijau kadang
biru gelap. Cantik dan memanjakan mata saya yang sudah bosan melihat langit
Jakarta berwarna kelabu. Setelah dua dan tiga kali jepret kami meninggalkan
telaga tersebut melanjutkan perjalanan. Selain kami bertiga selama perjalanan
kami juga di guide oleh sekurang-kurangnya 2 – 3 tawon yang dengan setia
terbang mengelilingi kami. Nggak tau ini karena efek saya memakai baju merah
atau tidak, yang pasti mereka setia sekali dari awal mula masuk hutan sampai
saat ini. Untungnya mereka tidak menyengat kami *lega.
Telaga Biru |
Perjalanan lanjut sampai
kami bertemu trail diatas rawa-rawa. Sebagian dari trail ini sudah di semen
sebagian lagi masih berupa kayu. Trail ini berjarak kurang lebih 200 meter dan
merupakan spot cantik untuk foto-foto tentunya. Saya lupa nama rawa-rawanya,
yang pasti tempat ini sangat indah. Gunung Gede diselimuti kabut tampak
dikejauhan padahal saat itu baru jam 12 siang. Tak lama dari tempat ini kami
tiba di curug Cibeureum. Perjalanan yang ditempuh adalah satu jam 30 menit, sesuai dengan perkiraan saya yang
pasti akan molor karena kecepatan berjalan kami yang dibawah rata-rata
hehehehe.
Curug Cibeureum adalah curug yang berlokasi di dalam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, 1.625 mdpl. Dinding curug ini banyak ditumbuhi oleh lumut merah, makanya terkadang air terjun berwarna kemerahan. Karena itulah dinamakan Cibeureum (sumber : papan pengumuman hehehe). Ada dua air terjun di lokasi tersebut. Curug yang pertama yang saya temui lebih besar tetapi tidak terlalu tinggi. Untuk mencapai kolam alam dimana air tersebut jatuh kami harus naik ke atas sedikit. Tampias air yang dibawa oleh angin menyembur ke muka kami menambah suasana dingin.
Karena disekitar curug yang
pertama tidak ada tempat untuk istirahat alias sudah penuh kami memutuskan
menuju ke curug yang kedua yang ada disebelah kanan. Curug ini lebih tinggi
tapi tidak terlalu deras dan lebih kecil dibandingkan dengan curug yang
pertama. Ditempat ini kami memutuskan untuk beristirahat sambil menikmati
makan siang kami. Setelah makan siang, di atas batu kali besar kami bertiga
tertidur hampir satu jam terbuai oleh ademnya suasana dan musik alami curahan
air terjun yang tidak jauh dari posisi kami tertidur. Tak lama kami main air,
foto kemudian memutuskan untuk kembali supaya tidak terlalu malam sampai ke
Jakarta.
Saat kami pulang, di lokasi
air terjun sudah banyak pengunjung yang terdiri anak-anak remaja yang sudah
berada di lokasi. Demikian juga pada saat kami turun beberapa kali saya
berpapasan dengan rombongan yang hendak naik ke atas. Perjalanan kembali lebih
mudah dibandingkan dengan yang pertama karena berbalik menurun dan kami tempuh
hanya 40 menit saja hehehehe. Kembali melewati Telaga Biru, kami mampir lagi
dan kali ini beruntung bisa melihat 3 ekor lutung yang sedang bergelantungan
di pohon sekitar telaga tersebut.
Kami melanjutkan perjalanan pulang dan tiba tak lama tiba di pintu loket. Melanjutkan dengan naik angkot menuju ke Jakarta yang berpolusi itu *sigh
Kami melanjutkan perjalanan pulang dan tiba tak lama tiba di pintu loket. Melanjutkan dengan naik angkot menuju ke Jakarta yang berpolusi itu *sigh
Ahh pengen kesini lagi Li...
ReplyDeletecari curug laennn :D
ReplyDelete