at the end, all I can do is just enjoy today and try not to worry the future ..... :) Source : https://pinterest.com/pin/262264378270526140/ |
May 28, 2012
enjoy today
May 3, 2012
Curug Panjang - Down Stream River Trekking
Setelah menunggu hampir satu
tahun, akhirnya kesempatan untuk river trekking barengan Didi terwujud. Tim
yang seharusnya berangkat delapan orang tereliminasi dua orang sehingga hanya
kami berenam yang pergi. Lokasi yang akan kami tuju adalah Curug Panjang, Mega
Mendung, Puncak Bogor.
Sabtu jam 8.30 pagi saya,
Ninik, Hola, Ujang, Widhi dan Didi sudah nongkrong manis di pinggir jalan
menuju pertigaan Ciawi setelah keluar dari pintu tol Jagorawi *inget bukan
partiluan yaaaa* Karena telat berangkat akibat Ujang nyasar dan mba Nik dengan
PopMienya :D, kami harus tertahan menunggu arus satu arah menuju Puncak tepat
jam 9 pagi.
Cururg Ciblao terletak di balk tebing sebelah kanan |
Curug Ciblao terdiri dari dua bagian yang bertingkat. Tingkat yang pertama adalah celah selebar 1 meter yang mengaliri kolam alam berwarna hijau toska yang dingin dan menyegarkan. Kolamnya cukup luas bahkan terlalu luas untuk kami ber-enam heheheh, karena saat itu hanya ada kami saja. Tingkat yang kedua adalah curug yang sebenarnya dengan ketinggian kurang lebih 10 meter. Letaknya tersembunyi, tidak bisa terlihat dari kolam dibawah. Untuk melihat curug yang diatas ini, kami harus berenang melewati kolam tersebut. Karena arusnya deras diletakan satu batang pohon besar dan tali untuk membantu kami naik dan melihat curug didalam. Disebelah kiri terdapat tebing dengan permukaan datar yang lebar untuk berdiri dan merupakan posisi bagus untuk melihat curug yang lebih tinggi tersebut. Curahan air deras tersebut tertampung oleh kolam alam yang tidak begitu lebar tapi saya yakin pasti dalam dan kami dilarang keras untuk loncat ke kolam itu. Cukup mengagumi keindahan dan keganasannya air yang tumpah saja.
Didi, the jumper |
asiknya main air |
Sesi ke-dua river trekking
adalah sama-sama downstream dan dimulai tak jauh dari lokasi Curug Panjang.
Sisa-sisa penat dari down stream trekking yang pertama masih sangat terasa
sekali. Berkali-kali kehilangan keseimbangan membuat saya akhirnya terjatuh.
Untungnya ada Widhi di belakangan saya sehingga tidak terjatuh kena batu dan
terseret arus yang deras…. pphhiiuuuh. Ujang sempat terpleset karena pijakan
batu yang diinjak tidak kokoh dan menghadiahkan tanda mata yang cantik alias
luka di tangan dan kaki hehehehe. Medan downstream kali ini, menurut saya lebih
berat dibanding yang pertama tetapi lebih seru. Lebih banyak body rafting alias
berendam di air dibandingkan berjalan atau trekking dan juga makin banyak main
prosotan airnya. Arus airnya juga lebih deras mungkin karena makin banyak
batu-batuan kali yang besar-besar sehingga membuat aliran air menyempit dan
deras.
Kurang lebih 30 menit kami
berjalan menyusuri sungai akhirnya kami tiba di curug Bundar dengan ketinggian
kurang lebih 7 – 8 meter. Arusnya deras dan suara deru air terjunnya
menggelegar dan satu-satunya jalan untuk melewatinya adalah dengan jalan
loncat. Ada tiga posisi loncat di curug tersebut yaitu di ketinggian 7 meter, 5
meter dan 4 meter. Didi yang sudah beberapa kali loncat dari tempat ini lompat
dari ketinggian 5 meter sementara kami ber-empat hanya berani di ketinggian 4
meter saja, yang saya yakin sekali pasti lebih dari empat meter.
Curug Bundar adalah akhir
dari curug yang kami lewati. Sekitar 50 meter setelah curug Bundar, river
trekking kami selesai dan beristirahat sejenak di pinggir sungai. Tak jauh dari
situ aliran sungai langsung turun ke bawah membentuk air terjun yang tingginya
mencapai 21 meter dan dinamakan Curug Naga. Dibawah sana sungai selebar kurang lebih dua
meter mengalir dengan derasnya. Mungkin kalau kami kembali lagi akan mencoba
kemegahan curug Naga bukan dengan loncat tapi datang dengan jalan melawan arus
atau mungkin repelling :D.
Lepas river trekking kami
kembali ke warung tempat kami meletakkan barang-barang dengan menyusuri hutan
yang terletak di tebing diatas sungai. Tak sampai 20 menit kami jalan, sudah
bertemu spot awal kami memulai river trekking sesi ke-2. Batu-batuan besar yang
terletak berserakan cukup menarik untuk dijadikan spot foto. Saya juga melewati
kincir air yang berfungsi sebagai sebagai pembangkit listrik untuk
warung-warung disekitar curug. Hebat juga pengelola tempat ini, pikir saya,
mereka memanfaaatkan alam yang ada untuk mendapatkan listrik. Kincir airnya pun
sangat sederhana, terbuat dari kayu dan bambu.
Aga menanjak sedikit mulai
terlihat Curug Panjang di depan mata saya. Dinamakan curug Panjang karena air
yang turun tidak langsung jatuh ke bawah seperti curug-curug biasanya, tapi
memanjang mengikuti alur batu-batu yang terdapat di sekitarnya. Curug ini
merupakan perpanjangan dari sungai yang sebelumnya kami lewat pada waktu
melakukan river trekking sesi 1. Tidak mau melewatkan segarnya air curug, saya
langsung bergabung dengan teman-teman saya yang sudah lebih dulu ada disana.
Alirannya airnya cukup deras dan lagi-lagi dingin tapi segar. Sekitar curug
Panjang cukup ramai oleh pengunjung karena memang posisinya yg lebih mudah
dicapai ketimbang curug Ciblao ataupun curug Bundar dan lebih aman buat
anak-anak kecil.
Badan ini mulai menggigil
dan kami memutuskan untuk selesai bermain air. Kami harus mendirikan tenda
sebelum bumi ini menggelap. Kami mandi di toiletnya yang bersih dan airnya
berlimpah ruah kemudian lanjut mendirikan ke dua tenda kami. Urusan tenda,
sempat terjadi argument diantara kami, sementara saya yang aga labil sebelumnya
memilih tenda yang lebih baru dengan merek Hijau (disensor biar tidak ada
kerusuhan di kemudian hari) tetapi karena Hola berkata bawah tenda Kuning lebih
mahal dan lebih bagus karena itu adalah tenda khusus camping di gunung,
akhirnya ber-alih lah saya ke tenda lama itu. Setelah pembagian masing-masing
tenda untuk tiga orang kami lanjut mempersiapkan makan malam ini ya itu barbeque
night.
Api unggun sudah menyala,
jagung, sosis dan baso sudah dibumbui dan marshmallow pun sudah siap.
Sayup-sayup terdengar bunyi gelegar petir dan rintik rintik air sedikit2 mulai
turun. Tapi kami tetap bertahan di dekat
api unggun sambil membakar makanan yang ada. Walau makan seadanya, tapi nikmat
juga mungkin karena kelaparan serta cuaca dingin yang makin makin lama makin
hangat karena kami berada di sekitar api unggun.
Suasana makin gelap, rintik
hujan tetap pada ritme awal, tidak terlalu besar sehingga masih bisa berjalan
kesana kemari. Setelah makan kami memutuskan untuk main kartu yang saya bawa
dari Jakarta. Mba Nik tidur lebih dahulu karena tidak enak badan di tenda
Kuning sementara kami berlima lanjut main kartu di tenda hijau. Dari yang
awalnya main kartu badan tegak sampai semuanya selonjoran karena sudah terlalu
capek, akhirnya jam 9 malam diputuskan untuk tidur lebih cepat, padahal
biasanya kalo hari-hari biasa pada jadi zombie semua hahahah. Saya masuk ke dalam tenda. Masuk ke
dalam sleeping bag dan mulai tertidur.
Sekian lama tertidur saya
terbangun dan mendengar bunyi rintik hujan makin kencang. Saya mulai aga
was-was tapi tetap melanjutkan tidur sampai saya merasakan makin dinginnya
tempat yang saya tiduri. Alas tenda rembes, saya pun panik dan terbangun. Ninik
dan Hola juga saya bangunkan. Daripada saya masuk angin kemudian akhirnya saya
putuskan untuk pindah ke tempat kering yaitu ke warung di atas. Sementara tenda
hijau didepan kami aman tidak ada rembesan sekalipun. Rasanya pengen robohin
juga tuh tenda di depan biar ikutan bangun juga dan pindah hahahaha *egois
mode*. Saya, Ninik dan Hola pindah ke warung atas dan mulai menjarah bangku bamboo
panjang. Dengan memakai sleeping kamipun (akhirnya) tertidur sampai pagi. Kali
ini tanpa drama bocor.
Niat bangun pagi supaya bisa
main di curug panjang kalah oleh hangatnya sleeping bag kami. Setelah jajan di
warung dan sarapan seadanya kami lanjut packing untuk kemudian packing dan melanjutkan
perjalanan ke rumah Ujang yang kebetulan berlokasi di Bogor.
Subscribe to:
Posts (Atom)