first story : Splendid Srilanka Pt 1: Colombo - Nuwara Eliya - Horton Plains National Park
Dari Pattipola menuju Kandy
Dari Pattipola menuju Kandy
Pattipola Train Station |
Untungnya saat kami tiba di Pattipola kereta belum lewat. Kereta berangkat jam 11.45 sementara kami tiba di stasiun jam 11.30.. Tiket seharga Rs 250.00 untuk perjalanan lima jam di kelas Ekonomi sudah terbeli. Sebenarnya untuk mencapai Kandy hanya dua jam saja naik bis tetapi kami sepakat untuk naik kereta untuk mendapatkan suasana yang berbeda di Sri Lanka. Wah, masih ada waktu nih…. masih bisa poto poto di stasiun yang terlihat sangat jadul dan menarik ini.
Di stasiun kami kenalan dan berbicara dengan Kepala Stasiun, Mr. Parakrama yang ramah bahkan berfoto bersama dengan janji kami akan mengirimkan foto tersebut kepada beliau (sampe saat saya menulis blog ini belom terkirim juga nih …..) Stasiun kereta Pattipola menurut kepala stasiun adalah stasiun kereta tertinggi di Sri Lanka dengan ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut. Tidak lama kereta yang kami nanti datang tepat waktu.
Karcis kereta yang kami beli adalah karcis kelas dua, ibarat di Jakarta tiket kelas ekonomi dengan bangku kayu dan jendela terbuka. Kursi-kursi di dalam gerbong sudah terisi penuh tapi karena sudah terlalu capek untuk mencari kebelakang diputuskan untuk mengambil satu tempat di gerbong restorasi kereta tentunya setelah meminta ijin terlebih dahulu kepada bapak penjaga warung kereta.. dan .. voila … kami duduk di lantai kereta hahahaha.
the people: ibu-ibu Tamil, anak sekolah, pengamen, smiling mother dan cantiknya Esperanza |
Nggak rugi ngambil lapak di restorasi karena banyak sekali hal-hal yang dapat dilihat dan kami alami. Berbagai macam orang dari berbagai jenis etnis, kelamin dan suku serta bahasa kami temui dan terkadang kami ajak berbicara. Ada dua orang ibu berpakaian sari yang sudah pasti tidak bisa berbicara bahasa inggris tapi kami dengan PD nya mengajak mereka berbicara walalupun dengan bahasa tarzan hahaha. Kemudian kami berjumpa dengan Esperanza, anak kecil yang sangat cantik sedang membeli makanan dengan ayahnya yang keturunan Sri Lanka Malaysia dan juga tiga anak lokal yang baru saja pulang sekolah. Jika perjalanan Kolombo – Nuwara Eliya dengan bus tidak terlalu kami nikmati. Lain halnya dengan perjalanan Pattipola – Kandy ini. Selain banyak orang yang ditemui pemandangannya juga ngga kalah menarik. Landscape yang berbukit-bukit berwarna hijau di penuhi oleh tanaman teh. Sesekali air terjun terlihat di beberapa tempat sepanjang perjalanan.
Kandy
Kira-kira jam lima sore, perjalanan kereta kami berakhir dan langsung disambut oleh hiruk pikuk kota Kandy di hari Jumat. Saya ngga nyangka kalau Kandy akan sangat ramai seperti ini. Agak shock juga setelah melihat Nuwara Eliya yang tenang dan nyaman kemudian berganti suasana Kandy yang ramai seperti ini. Sebenarnya sejak dari Kolombo, Marlon sudah memperingatkan bahwa Kandy lebih ramai dari Colombo tetapi tetap saja bukan bayangan seperti yang saat ini saya lihat. Bus-bus besar serta truk berlalu lalang disertai macet serta polusi udara yang cukup mengganggu. Belum lagi orang-orang yang berlalu lalang dan berjalan sangat cepat dan bebrapa kali menabrak saya. Dengan kondisi yang cukup lelah setelah trekking di pagi hari ditambah perjalanan panjang di kereta selama lima jam belum lagi kondisi perut kosong kami yang menyebabkan sakit kepala yang amat sangat rasanya ingin sekali berteriak di tengah-tengah kerumunan orang-orang ini. Saat it juga saya langsung mem-vonis bahwa saya tidak suka Kandy.
Hal pertama yang kami lakukan sesampainya kami di kota Kandy adalah mencari makan dan setelah perut terisi penuh kamipun mulai bisa berpikir untuk mencari tempat penginapan. Jadi teringat istilah orang batak (kebetulan saya keturunan Batak) bahwa dengan makan bisa membuat kita berpikir lebih jernih, makanya setiap kali ada acara akan diawali dengan makan-makan agar acara bisa berlangsung dengan lancar hehehehe. Kembali ke penginapan seharusnya kami mendapatkan host di kota ini tapi karena tidak ada kabar dari calon host diputuskan untuk mencari penginapan sendiri.
Setelah perjalanan yang cukup jauh hampir mengelilingi Danau Kandy akhirnya kami mendapatkan penginapan di sebelah selatan danau tapi sepertinya perjalanan kami belom bisa berakhir. Kota Kandy adalah kota yang berbukit-bukit dan posisi penginapan kami berada diatas alhasil kami harus menanjak dengan carrier yang lama-lama cukup menyiksa beratnya. Jaraknya hanya pendek saja, mungkin sekitar 200 meter dari danau, tetapi karena tanjakannya lumayan curam rasanya makin berat saja naik ke atas… ffeeuuhhh.
Perjalanan hari ini sangat panjang dan menguras tenaga, tetapi kami mendapatkan banyak sekali pengalaman berharga dari mulai pagi, siang, sore sampai malam dan karena kelelahan malam itu diakhiri dengan cepat dan kami pun terlelap bersama bayangan petualangan keesokan hari. Selamat malam KANDY.
Hari ke-empat: Explore Kandy lanjut menuju Sigiriya.
Tubuh yang kelelahan membuat saya malas bangun pagi, disamping udara Kandy yang sejuk membuat saya makin menarik selimut dan melanjutkan tidur bareng Milla. Sementara dua orang teman saya yang lain, Yudi dan Ramon, bangun pagi untuk photo hunting disekitar Danau Kandy. Ketika saya sudah sepenuhnya bangun matahari sudah tinggi. Setelah packing dan sarapan pagi kami pun check out dari penginapan. Rencana awal adalah dua malam tinggal di Kandy tapi setelah berbagai macam pertimbangan diputuskan hanya satu malam saja dengan tujuan berikut Sigiriya dengan menggunakan bus sekitar jam empat sore nanti.
Kota Kandy dari Bukit |
Karena waktu masih cukup kamipun mulai meng-eksplore Kandy dengan menggunakan tuk tuk yang kami sewa Rs 500 untuk kami ber-empat. Sebenernya aga sempit sih, tapi supir tuktuknya tidak keberatan. Diawali dengan foto-foto di danau Kandy kemudian lanjut ke Kandy Top Hill, yaitu tempat dimana kota Kandy bisa terlihat dari ketinggian. Kandy merupakan ibu kota terakhir dari Kerajaan Kuno Sri Lanka. Posisinya berada di tengah-tengah bukit Kandy sehingga landscapenya berbukit-bukit.
Sudut kota Kandy |
Kami sempat dibawa ke tempat tempat souvenir oleh supir Tuktuk kami, salah satunya adalah Batik. Yes.. Batik adalah salah satu souvenir yang bisa dijadikan oleh-oleh dari Sri Lanka. Menurut buku Lonely Planet yang saya baca batik ini dibawa Belanda dari Indonesia jadi nggak heran kalau namanya sama. Yang pasti batik Sri Lanka dan batik Indonesia jauh berbeda dari segi motifnya. Perjalanan lanjut ke tengah kota. Setelah menukar uang dan mampir ke restaurant untuk membeli makan siang dan supermarket untuk membeli minum kami lanjut ke The Temple of Tooth Relic.
Menurut yang saya baca, Tooth Relic ini memainkan peranan penting dalam pemerintahan dalam pemerintahan lokal. Yang dipercaya siapapun yang memegang atau mendapatkan Relic ini bisa berkuasa memegang pemerintahan. Oleh sebab itu banyak sekali perang terjadi akibat dari perebutan Tooth Relic tersebut. Saat ini The Sacred Tooth Relic menjadi representasi dari Buddha yang menjadikan tempat ini sebagai tempat penyembahan dan berdoa bagi umat Buddha seperti yang saat ini saya lihat.
Waktu menunjukkan hampir jam tiga sore. Kami harus bergegas untuk mengejar bis jam empat sore menuju Sigiriya. Setelah mengambil tas-tas kami di penginapan lalu langsung berangkat menuju ke terminal. Untungnya kami datang tepat waktu karena bis yang kami naiki segera berangkat begitu kami masuk. Perlahan kami meninggalkan kota Kandy yang semula kami tidak suka tapi pada akhirnya meninggalkan banyak cerita seru di tempat ini.
Perjalanan menuju Sigiriya ditempuh selama dua jam ke Dambula terlebih dahulu kemudian lanjut kurang lebih tiga puluh menit dengan bis menuju Sigiriya yang langsung berhenti tepat di depan penginapan yang sudah kami pesan. Kami beruntung karena memesan kamar di Nilmini Lodge terlebih dahulu karena sepertinya tempat ini menjadi favorit penginapan di Sigiriya. Hanya Rs 2.000/malam untuk kami berempat dan staffnya ramah. Lagipula disini terdapat wi-fi walaupun harus bayar.
Hari ke-5 Sigiriya – The Lion Rock lanjut ke Negombo
Untungnya kami bermalam di Nilmini Lodge karena posisinya yang strategis, hanya jalan kaki kurang lebih 15 menit menuju Sigiriya yang letaknya persis dibelakang Guest House. Jalan bertanah merah yang asri dengan pohon-pohon disekitarnya ini bisa dilalui mobil serta van bahkan bis besar. Siap-siap tutup hidung atau muka setiap kali ada mobil yang lewat karena debunya berterbangan kemana-mana. Jalan kaki kurang lebih 500 meter tidak membuat kami capek apalagi di sebelah kanan jalan masuk terdapat kolam kolam yang luas dan indah .. pas banget untuk dijadikan objek foto heheheh. Lokasi loket tiket berada bersebrangan dengan pintu gerbang atau pos pengecekan tiket. Jam 8 pagi para pengunjung sudah mulai berdatangan untuk masuk ke Sigiriya. Harga tiket masuk ke Sigiriya adalah Rs 3.450 (Rp 275.000) termasuk DVD yang bisa dibawa pulang. Setelah pengecekan tiket, kami langsung masuk menuju Sigiriya
Sigiriya adalah sebuah kota yang dibangun di atas batu dibangun oleh Raja Kassapa I ( 477 – 95 SM), merupakan tempat yang sangat unik dari segi arsitektur dan konstruksinya, lukisan dinding beserta dinding kaca. Sigiriya sendiri terletak di distrik Matale juga merupakan salah satu situs warisan dunia UNESCO dan salah tujuan wisatawan yang populer di Sri Lanka. Tinggi batu ini kurang lebih 200 meter dengan posisi ketinggian sekitar 380 meter diatas permukaan laut. Yak .. benar, ketemu tangga nih alias nanjak lagi kitaahhhh.
Lion's Gate |
Setengah perjalanan menuju Lion’s Gate terdapat gallery lukisan dinding yang dicat di atas permukaan batu. Dari 500 lukisan wanita yang dulu di lukis hanya tersisa 22 buah yang masih dalam kondisi baik. Setelah galeri tersebut kami berjalan menuju dinding kaca (Mirror Wall) yang dulunya meruapakan kaca yang di poles sangat halus sehingga bisa melihat sang raja bisa melihat dirinya sendiri melalui dinding tersebut. Dinding tersebut dari porselin yang berkualitas sangat baik.. sumprit nggak tau porselen apaan hehehe. Kurang lebih 1 abad yang lalu jika pengunjung datang ke tempat ini bisa menulis di atas dinding ini. Pada saat ini tentu saja hal itu dilarang. Jangankan menulis, menyentuh pun kami tidak diijinkan. Iseng-iseng saya coba ngaca di mirror wall.. ternyata… nggak ada bayangan saya… hahahaha.
Mirror Wall dan Lukisan Dinding |
Akhirnya kami tiba di Lion’s Gate of Sigiriya. Kenapa namanya Lion Rock (Sigiriya) karena pada jaman itu ada patung singa besar yang sedang duduk diujung batu. Walaupun sekarang sudah tidak ada lagi singanya tapi jejak kaki singa serta reruntuhannya masih terlihat jelas, yang menurut saya makin membuat tempat ini menarik. Dan di tempat itulah menjadi spot untuk foto-foto para turis .. dan juga saya :D. Matahari diatas sana boleh aja terik tapi udara sekitarnya sangat sejuk. Saya beristirahat sebentar sambil menikmati angin sepoi-sepoi dan juga pemandangan indah sekitar Sigiriya yang semuanya berwarna hijau.Di kejauhan tampak patung Buddha berwarna putih garis lurus dengan posisi Sigiriya.
Patung Buddha |
Pondasi Istana |
Setelah ngasonya selesai kami langsung menuju puncak atas. Kali ini tangganya makin mengecil alias tidak ada tempat beristirahat sama sekali. Dengan sisa sisa perjuangan akhirnya saya tiba di puncak atas .. semaput, ngos-ngosan. Tapi setelah melihat pemandangannya rasa capek ini worthed banget. Dari puncak ini bisa terlihat pemandangan 360 derajat landscape dari Sigiriya. Di kejauhan tampak danau di bingkai warna hijau pohon-pohon. Disinilah, pada jaman itu, berdiri istana kerajaan yang sekarang tersisa hanyalah pondasi.
Setelah puas meng-eksplore kami kembali turun ke bawah menuju penginapan. Kalau perjalanan naik memakan waktu sekitar satu jam setengah, kami turun hanya…. lima belas menit saja hahahaha .. cepet yak. Kembali ke penginapan kami mandi dan bersih –bersih untuk melanjutkan perjalanan ke Negombo. Dari Sigiriya kami harus ke Dambula kemudian ke Kurunegala lalu ke Negombo, semuanya dengan menggunakan bis.
menikmati indahnya landscape Sigiriya |
Di Dambula kami menyempatkan untuk makan siang karena perjalanan yang lama ke Negombo sekitar 4 jam. Bis tidak ber AC sepanjang perjalanan Dambula ke Kurunegala berjalan dengan mulus dan lancar, saya dan teman-teman sempat tertidur dan bangun ketika bis memasuki kota kecil Kurunegala satu setengah jam kemudian. Tanpa beristirahat kami melanjutkan perjalanan ke Negombo dengan menggunakan bis. Kali ini jangankan tidur untuk duduk dengan nyaman saja susah karena saya dan Yudi duduk di bangku belakang bis, sementara supir bisnya nyetir dengan kencang dan ugal-ugalan. Walaupun begitu saya tetap bersyukur karena jika tidak seperti itu perjalanan yang ditempuh pasti bisa melebihi tiga jam setengah.
Matahari telah menghilang hanya semburat jingga tersisa di ufuk barat ketika kami memasuki kota Negombo. Saya melihat kerumunan masyarakat di pinggir jalan yang ternyata umat Katholik yang sedang melakukan misa minggu *baru sadar kalo sudah hari minggu. Niatnya sih mau cari penginapan dengan menggunakan peta yang ada di Lonely Planet book tapi kammi malah nyasar makin jauh. Sementara orang-orang sekitar yang kami tanya juga tidak membantu, akhirnya diputuskan untuk naik tuk tuk dan sampailah kami di kawasan penginapan tersebut. Setelah mengubek-ngubek daerah sekitar, akhirnya kami menemukan penginapan yang sesuai dengan budget kami (Rs 2.000). Malam ini adalah malam terakhir kami di Sri Lanka dan akan kami habiskan untuk melihat-lihat di sekitar penginapan, mencari oleh-oleh dan juga makan malam.
Hari ke-enam: Goodbye Sri Lanka
Jarak Negombo ke Bandaranayake International Airport dapt ditempuh dengan 30 menit saja menggunakan tuk tuk (Rs 700) ataupun bis. Itulah sebabnya kami memilih Negombo sebagaian kota trasnsit kami terakhir. Tak heran jika di Negombo banyak sekali penginapan-penginapan dan turis asing.
Jam 5.30 pagi kendaraan sewaan sudah stand by untuk mengantar kami ke airport. Setelah membayar penginapan dan juga kendaraan sewaan kami berangkat menuju bandara membelah kota Negombo yang sebagian penduduknya mungkin masih terlelap. Bandara sudah ramai ketika kami tiba. Setelah check in dan boarding tak lama pesawat kami tinggal landas menjauhi Bandaranayake Airport. “Semoga saya kembali kesini untuk mengunjungi Adam’s Peak” kata saya dalam hati.
Salam kenal mba Lia saya Hardi di Jakarta. Sangat menarik membaca kisah perjalanan mba di blog ini. Bulan depan (Mei) saya akan traveling sendirian ke Srilanka. Apakah saya boleh minta alamat email mba karena ada beberapa hal yg ingin saya tanyakan ttg Srilanka. Email saya hardi_ch@yahoo.com. Terima kasih
ReplyDeletehallo..nice posting..saya ada rencana mau ke srilanka,mau tanya dong..itu nginep di Nilmini pesennya via apa?ada emailnya Nilmini? Saya juga rencana dari Kandy mau ke Sigiriya,masih inget ga bis-nya nomor brapa ato jurusan apa. Thanks b4..^_^
ReplyDeleteHalo juga Findstar ;).
ReplyDeleteTerima kasih sudah baca. Kalo di Nilmini waktu itu saya & teman2 telpon langsung pas lagi di Sri Lanka. Contact: nilmini_lodge@yahoo.com, Phone: 077 306 9536, 066 567 0469. COba email aja dulu, kalo ga dibales juga baru telpon ajah.
Kalo dari Kandy musti ke Dambula dulu baru naik lagi ke Sigiriya. Sori, saya lupa nomor bisnya. Tapi tanya2 aja sama orang2 hostel, pasti mereka kasih tau ko. Orang Sri Lanka ramah2 ;).
Good luck